Subscribe Us

header ads

Mengenal Adab Saat Brojol dari Rahim Ibu|Uung Ibnu Shobari


Mengenal Adab Saat Brojol dari Rahim Ibu
Uung Ibnu Shobari

Sembari menikmati kue gipang dan air hangat, juga saat lembayung maghrib surut di Kampung Santri Cijantung, Bojong, Pandeglang – Banten rasanya tidak terlalu heran jika kita hadir dalam suasana penuh kerinduan, betapa indahnya bagi sesiapa yang tengah dekat sama seorang Ibu sontak bisa memeluknya dan tunduk bersimpuh cium tangan dengan penuh do’a, getaran jiwa serta tetesan air mata basah yang merindu tak akan pernah ada bandingannya di alam fana ini.
Bicara seorang Ibu tak akan pernah lekang dari nilai-nilai yang sejatinya kita semua terlahir dari mulut rahim yang tak mengenal berat dan atau kecilnya jabang bayi, melainkan begitu Allah mempunyai rencana ciptakan Adam sebagai Khalifah di muka bumi ini telah membuat cemburu buta para Malaikat QS Al-Baqarah: 30. Tukilan singkat pertanyaan para Malaikat kepada Allah SWT “ " Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di muka bumi ? itu makhluk – manusia hanya akan membuat kerusakan dan bertumpahan darah di dalamnya “. Masih dalam ayat yang sama Allah menjawab dalam berfirman-Nya, “ Aku lebih tahu dari apa yang kalian pikirikan “.
Menggarisbawahi judul untuk mengenal Rahim seorang Ibu, tidak akan lepas dari siapa kita sesungguhnya yang telah, tengah dan akan mengarungi lembaran catatan hidup di setiap detik kehidupan yang fana dan nyata. Bersinggungan dengan tema besar “ Adab Murid Mulai Memudar “ telah memberikan kesan autocritic terhadap ciptaan Allah (unas-manusia, red.) yang sudah sangat sempurna diciptakan dan lahir ke alam semesta. Lalu apa korelasi antara “ adab “ yang kini mulai memudar ? Jawaban atas pertanyaan tersebut, juga telah termaktub dalam hadits Rasulullah yang masyhur dengan makna singkat bahwa tidak semata-mata Rasulullah diutus hanya untuk menyempurnakan makaamiral akhlak. Dua padanan kata bahasa Arab di atas, sarat dengan pemaknaan yang gamblang dan bentes bahwa kata “ Akhlaq “ bagian dari makna besar yang di dalamnya mengandung Adab, Suluk, Norma, Hudud, Tatanan serta banyak lagi makna yang menguatkan bahwa tidak boleh main-main dengan urusan akhlaq.
Satu kisah salah satu istri Rasulullah – Aisyah, spontan menjawab kepada para sahabat bahwa akhlaq Rasulullah adalah Al-Qur’an berjalan. Maka, jika kita urutkan satu persatu dalam mengenal adab saat brojol dari rahim seorang Ibu, pertanda semua bersumber dari pedoman yang telah Allah firmankan di dalam kitab-kitab samawi-Nya, lalu disempurnakan segala sesuatunya dengan Al-Qur’an. Artinya, kita mengenal ‘ Adab “ dasar hukumnya wajib bersumber dari Allah SWT. 
Renungan ini hasilnya sangat dekat dengan mata hati kita dan mudah untuk memahaminya sebagaimana Allah firmankan di semua ayat-Nya, asal runutan ayat-ayat Qauliyyah (tekstual) dan Kauniyyah (kontekstual) bisa cukup berimbang, seperti apa pendekatannya ? Ini adalah jawaban konkrit dari apa yang kini gandrung diperbincangkan, lagi-lagi tentang “Adab” padahal adab tidak akan jauh dari mata batin semua manusia yang di mata Allah tidak sahaja melihat level keimanannya, akan tetapi juga diukur dari kinerja dan atau amal sholehnya. 
Prof. Habibie dilansir dari pelbagai sumber literatur telah berpesan 5 (lima) kelemahan yang kudu dihindari, kemudian UIS (penulis, red.) menambahkan 1 pilar hingga genap menjadi 6 (enam) hal kelemahan yang wajib dijauhi dan dihindari, yaitu : lemah moral, lemah etos kerja, lemah fisik, lemah ilmu dan lemah harta. UIS menyingkatnya dengan istilah “ Le Moifiekha / baca: lemowaafiqhaa “ gabungan istilah pola penulisan bahasa Perancis dan Arab, dengan tambahan 1 (satu) lemah Iman.
Konklusi singkat dari perhelatan adab / moral dan atau kata yang sepadannya, berdasarkan beberapa sumber singkat dalam catatan di atas pasti belum mampu menjawab apakah benar-benar pudar adab seorang murid di sekolah, di pesantren, di madrasah dan atau di majelis-majelis ilmu lainnya ? Kita perlu menggarisbawahi, bahwa dalam menentukan sikap dan justifikasi keadaan perlu riset konkrit dan berdasarkan faktual yang bersifat empiris maupun akademis, agar nilai output hasil riset tersebut bisa akuntabel. Kami sangat yakin, juga masih banyak murid yang beradab dan menjunjung tinggi moralitas terhadap ilmu yang didapatkannya untuk membuktikan bahwa dalam implementasi kehidupannya tidak sia-sia dan merugi. Bahwa, memang ada sebagian murid yang membuat resah dan mencoba terus membangkang tatanan tata tertib hingga membuat kesan kurang beradab, akan tetapi itu merupakan jatah waktu untuk seorang guru, pendidik dan pengajar diuji keilmuannya agar berkemampuan memberikan solusi terbaiknya, utamanya mendidik akhlaq hingga menjadi para murid yang beradab. 
Akhirnya, UIS tak terasa masa berlalu begitu saja dan pada esok paginya sudah menambah sajian nasi goreng khas hasil racikannya, kemudian dinikmati untuk sarapan paginya disela-sela menghela nafas melanjutkan tulisan yang bertema Super Berat ini, proses ujian apakah kita memiliki kemampuan sepadan dengan hasil inspreksi di lapangan. Betapa sedihnya jika memang “ Adab Murid Mulai Memudar ”. Tapi kami yakin, tak akan pernah ada seorang Ibu yang melahirkan milyaran manusia ke alam semesta ini dari rahimnya menjadi anak nakal dan tak beradab, melainkan statemen ini akan jadi tolak ukur dalam pengejawaentahan nilai-nilai keilmuan dan kebaikan yang pada akhirnya kita kembalikan kepada Yang Maha Kuasa atas ikhtiar kita sebagai manusia biasa yang terus saja bermunajat agar diberikan keturunan yang sholeh dan sholehah (beradab dan berperadaban). 
Tahadduts binni’mah, apa yang dilakukan dan hasil riset UIS dengan hari-harinya bersama para santri yang dititipkan oleh para orang tua yang melahirkannya, setidaknya dengan catatan ini telah menjadi wasilah dan do’a seraya sama dengan asa dan cita-cita yang dijunjung tinggi di Noor El-Madeenah (NORMA, red.) untuk memastikan anak-anak kita terlahir dari rahim Ibu agar terjaga memilki adab dan berakhlak mulai Insya Allah, agar “ Adab Murid Tidak Lagi Memudar. “