Bogor – Di tengah riuh rendah dinamika organisasi, muncul satu nama yang tak asing bagi warga nahdliyin Kabupaten Bogor: KH. Abbas Ma’ruf. Tapi jangan buru-buru menilai dari baliho atau pamflet. Sebab, khidmah Kyai Abbas tak dimulai dari gambar, melainkan dari langkah-langkah sunyi yang konsisten membangun NU dari bawah.
Di masa kepemimpinan Almaghfurlah KH. Abdurrohim Sanusi, KH. Abbas Ma’ruf memulai perjalanannya bukan sebagai pengurus struktural, melainkan sebagai kurir—tukang antar surat undangan ke MWC-MWC se-Kabupaten Bogor. Ya, beliau tidak langsung duduk di ruang rapat. Beliau justru mengetuk pintu demi pintu, menyampaikan undangan musyawarah, mengantar amanah.
Di situlah letak awal khidmah yang tulus—dari pinggiran yang tak terlihat, tapi justru menyentuh dasar ruh organisasi.
Tahun 1995, saat banyak anak muda baru belajar menyusun mimpi, Kyai Abbas sudah mulai terlibat aktif sebagai pengurus Gerakan Pemuda Ansor. Bukan hanya ikut hadir dalam apel, tapi ikut menyusun program, mencetak kader, dan menghidupkan ranting.
Empat tahun kemudian (1999), ia dipercaya menjadi Ketua Tanfidziyah MWC NU Kecamatan Caringin. Bukan karena suara terbanyak, tapi karena suara kepercayaan dari para masyayikh dan warga NU.
Sejak itu, namanya tak pernah absen dalam perjalanan PCNU Kabupaten Bogor.
Mulai dari Wakil Ketua (2009–2014), Sekretaris (2014–2017), hingga kini mengemban amanah sebagai Katib Syuriah sejak 2017—yang ia jalani dengan penuh amanah dan adab.
NU bagi beliau bukan panggung—melainkan ladang amal. Jabatan bukan tujuan, melainkan sarana untuk lebih luas menebar manfaat. Ia tak gila sorotan, tapi langkahnya selalu ada saat dibutuhkan. Saat forum sepi, ia hadir. Saat organisasi lesu, ia bergerak.
Tak hanya dalam lingkup NU, KH. Abbas juga pernah dipercaya sebagai anggota Komisi Fatwa MUI Kabupaten Bogor selama satu periode. Di sana, beliau ikut merumuskan pandangan keagamaan yang berpijak pada hikmah dan keilmuan, menyatukan suara ulama demi kemaslahatan umat.
Kini, saat NU Kabupaten Bogor bersiap memilih nahkoda baru, muncul harapan besar dari berbagai penjuru: agar Kyai Abbas Ma’ruf bersedia memimpin. Bukan karena beliau meminta. Tapi karena beliau pantas untuk diminta.
Bukan sosok baru, tapi pejuang lama yang masih setia.
Bukan wajah populer sesaat, tapi akar kuat yang menopang perjalanan panjang NU.
Warga nahdliyin, khususnya para pengurus MWCNU se-Kabupaten Bogor, inilah saatnya kita mengangkat kembali satu sosok yang lahir dari rahim organisasi, tumbuh dari bawah, dan tetap istiqomah bersama NU dalam suka maupun duka.
Mari kita kuatkan barisan.
Mari kita berikan amanah kepada yang telah lebih dulu memberi segalanya.
KH. Abbas Ma’ruf: 30 tahun menyemai khidmah. Kini saatnya menuai amanah.
*KH. Abdullah Nawawi, Mdz*
Rois Syuriah MWC NU Caringin