Subscribe Us

header ads

Bangkai Laron, Halal atau Haram?

Pertanyaan
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Bagaimana hukumnya jika kita shalat ditempat sajadah yang ada sayap laron. Apakah shalatnya tetep sah?

*Jawaban

Wa'aalaikumussalam Wr. Wb.
Bangkai laron termasuk sayapnya adalah hewan yang tidak mengalir darahnya, jika terkena sajadah maka menjadi najis tidak dimaafkan. Jika sebelum shalat, bersihkan dahulu maka sah shalatnya.

Jika baru mengetahui setelah shalat maka shalatnya tidak sah dan harus diulang lagi. Ini adalah madzhab Syafi'i.
(Lihat kitab di bawah).

Namun pendapat jumhur ulama, termasuk yang dikuatkan oleh imam Nawawi bahwa shalatnya tidak harus diulang.

Kedua pendapat yang ditampilkan sama-sama kuat secara dalil, sehingga dapat dijadikan pijakan serta diamalkan salah satunya.

Pendapat ketiga:
Pendapatnya imam Qaffal yang berpandangan bahwa bangkai serangga dan hewan-hewan lain yang tidak mengalirkan darah dihukumi suci artinya jika suci maka shalatnya sah, ini juga boleh diikuti sesuai penyataan ulama.

*CATATAN:*

Boleh mengamalkan pendapat pertama dan kedua.
Sedangkan yang ketiga bisa sebagai solusi untuk pribadi masing-masing.

*REFERENSI:*

*( Hasyiyah asy-Syarqawi, juz 1, hal. 277)*

واعلم أن النجاسة أربعة أقسام: قسم لا يعفى عنه مطلقاً وهو معروف، وقسم عكسه وهو ما لا يدركه الطرف، وقسم يعفى عنه في الثوب دون الماء وهو قليل الدم لسهولة صون الماء عنه، ومنه أثر الاستنجاء فيعفى عنه في البدن، والثوب المحاذي لمحله خلافاً لابن حجر، وقسم عفي عنه في الماء دون الثوب وهو الميتة التي لا دم لها سائل حتى لو حملها في الصلاة بطلت

_“Ketahuilah bahwa najis terbagi menjadi empat macam. Pertama, najis yang tidak ditoleansi (ma’fu) secara mutlak. Najis ini sudah dapat diketahui secara umum. Kedua, najis yang ditoleransi secara mutlak. Najis ini adalah najis yang tidak dapat dijangkau pandangan mata. Ketiga, najis yang ditoleransi ketika terdapat di badan, tapi tidak ketika terdapat di air. Najis ini misalnya seperti darah yang sedikit, sebab mudahnya menjaga air dari najis tersebut. Dan juga bekas istinja’, maka najis tersebut ditoleransi ketika terdapat di badan dan pakaian yang sejajar dengan tempat keluarnya najis. Namun, Ibnu Hajar berpandangan, najis tersebut tidak ditoleransi. Keempat, najis yang ditoleransi di air, tapi tidak di pakaian. Najis ini berupa bangkai yang tidak terdapat darah yang mengalir (ketika dipotong bagian tubuhnya), sehingga ketika seseorang membawa bangkai ini saat shalat, maka shalatnya menjadi batal”_

*Al-Majmu’ ala Syarh al-Muhadzab, juz 4, hal. 163:*
(فرع) في مذاهب العلماء فيمن صلى بنجاسة نسيها أو جهلها . ذكرنا أن الأصح في مذهبنا وجوب الإعادة وبه قال أبو قلابة وأحمد وقال جمهور العلماء : لا إعادة عليه , حكاه ابن المنذر عن ابن عمر وابن المسيب وطاوس وعطاء وسالم بن عبد الله ومجاهد والشعبي والنخعي والزهري ويحيى الأنصاري والأوزاعي وإسحاق وأبي ثور قال ابن المنذر وبه أقول , وهو مذهب ربيعة ومالك وهو قوي في الدليل وهو المختار .

_“Cabang pembahasan yang menjelaskan beberapa pendapat ulama tentang orang yang shalat dengan membawa najis yang ia lupakan atau tidak diketahuinya. Kami menyebutkan bahwa sesungguhnya qaul ashah (pendapat yang cenderung lebih benar) dalam mazhab kita (mazhab Syafi’i) *wajib mengulangi shalatnya.* Pendapat demikian diikuti oleh Abu Qalabah dan Imam Ahmad. *Mayoritas ulama berpendapat tidak wajib mengulangi shalatnya,* pendapat demikian diungkapkan oleh Imam Ibnu Mundzir dari riwayat Sahabat Ibnu ‘Umar, Ibnu al-Musayyab Thawus, Atha’, Salim bin ‘Abdullah, Mujahid, Sya’bi, Nukho’i, Zuhri,Yahya al-Anshari, Auza’I, Ishaq, dan Imam Abi Tsur,. Imam Ibnu Mundzir begitu juga aku (Imam Nawawi) berkata: *”Pendapat tidak wajibnya mengulangi shalat adalah pendapat Imam Malik. Pendapat ini kuat dari segi dalilnya dan merupakan pendapat yang terpilih”*_

pada pandangan Imam Qaffal yang berpandangan bahwa bangkai serangga dan hewan-hewan lain yang tidak mengalirkan darah dihukumi suci.

*Hasyiyah al-Maihi as-Syaibini ala Syarh as-Sittin Mas’alah li a-Ramli, hal. 106*

https://t.me/joinchat/VlAav7liyUQOahmU

https://t.me/aswaja_cyber